Langsung ke konten utama

Jenis-jenis kuda di Indonesia

Ras kuda berdasarkan Stagmen Won Fritzwald dr Jena berpendapat bahwa ras-ras kuda yang asli adalah:
1.      Equus Caballus Germanicus.
Sesuai dengan asli dan asalnya kuda ini bertubuh kecil hidup secara liar di pegunungan daerah Eropa bagian Utara yang oleh Bangsa Jerman dijadikan hewan pemeliharaan. 
2.      Equus Caballus Ociendentalis. 
Bangsa Kelt yang datang dari sebelah Utara Eropa bagian tengah dan Barat menemukan kuda yang lebih besar, kemudian dipelihara. Dengan adanya kuda yang terdahulu dari jenis ras Equus Caballus Germanius maka terjadilah kawin silang yang kemudian dikembangkan ke daerah Eropa bagian Selatan.
3.      Equus Caballus Ginelini. 
Kuda ini terdapat di daerah Padang Stepa Eropa bagian Timur hidup secara liar dan sulit untuk dipelihara.
4.      Equus Caballus Orientalis.
Jenis kuda ini hanya terdapat di daerah Asia bagian Barat (Turki dan sekitarnya) dan juga tersebar di daerah Afrika Utara (Mesir, Donggala dan Sudan).
5.      Equus Caballus Mongolicus.
Jenis kuda ini banyak terdapat di daerah Mongolia.


Kuda Arab dapat dianggap sebagai cikal bakal dari kuda-kuda yang ada sekarang ini. Kuda yang terdapat di wilayah Asia Tenggara termasuk ras timur. Hal ini berbeda dengan kuda ras asal yang memiliki tengkorak lebih besar. Dari bentuk wajahnya, kuda ras timur diduga merupakan keturunan kuda Mongol. Kuda ini merupakan keturunan dari jenis Przewalski yang ditemukan tahun 1879 di Asia Tengah. Penyebarannya ke wilayah Asia mungkin dilakukan oleh bangsa Hindu. Kuda yang terdapat di Indonesia pemuliaannya dipengaruhi oleh iklim tropis serta lingkungannya. Tinggi badannya berkisar antara 1,15 – 1,35 meter, sehingga tergolong dalam jenis poni. Bentuk kepala umumnya besar dengan wajah rata, tegak, sinar mata hidup serta daun telinga kecil. Ciri-ciri lain, bentuk leher tegak dan lebar. Tengkuk umumnya kuat, punggung lurus dan pinggul kuat. Letak ekornya tinggi dan berbentuk lonjong, dada lebar, sedang tulag rusuk berbentuk lengkung serasi. Kakinya berotot kuat, kening dan persendiannya baik. Sedangkan bentuk kuku kecil dan berada di atas telapak yang kuat. Jika kuda ini berdiri, akan tampak sikapnya yang kurang serasi (kurang baik), karena kedua kaki bagian muka lebih berkembang bila dibandingkan dengan kaki belakang. Sikap berdiri seperti ini terdapat pada berbagai jenis kuda di Asia Tenggara.
Khazanah kuda di Indonesia diperkaya lagi setelah kedatangan bangsa Eropa. Armada kapal portugis yang dating ke wilayah Indonesia bagian Timur pada abad ke-16 untuk mencari rempah-rempah, men yinggahi beberapa pelabuhan di wilayah itu antara lain, Sulawesi Utara. Pada saat singgah itulah mereka memperkenalkan jenis kuda yang mereka bawa kepada penduduk setempat. Terjadilah tukar-menukar barang dagangan antara penduduk dan para pedagang Portugis tersebut. Kuda asal Eropa itu kemudian disilangkan dengan kuda milik mereka. Hasil persilangan ini membuahkan keturunan kuda Eropa di Minahasa.

Selain jenis kuda Arab dan Eropa yang dikenal di Indonsia, masih ada lagi satu jenis kuda yang disebut kuda Mongol, berasal dari daratan Asia. Kuda-kuda ini kemudian disilangkan dengan jenis kuda setempat dan menghasilkan kuda baru, berukuran tinggi 120 cm, bulu berwarna antara lain keemasan, hitam dan putih. Kuda ini masih terdapat di Cirebon dan pegunungan Tengger di Jawa Timur.
Jenis-jenis kuda yang terdapat di Indonesia antara lain kuda Makasar, kuda Gorontalo dan Minahasa, kuda Sumba, kuda Sumbawa, kuda bima, kuda Flores, kuda Sabu, kuda Roti (kuda Kori), kuda Timor, kuda Sumatra, kuda Jawa, kuda Bali dan Lombok, kuda Kuningan.
1. Kuda Sumba biasanya disebut Sandel-hout ciri-cirinya :
a. Tinggi antar 110 cm-130 cm.
b. Bentuk tubuh cukup serasi.
c. Tubuh bagian tengah agak pendek.
d. Dada cukup besar dan dalam.
e. Mata bersinar riang.
f. Telinga agak kecil.
g. Suri dan kumba agak tebal.
h. Pangakal leher pendek.
i. Kedudukan ekor tinggi.
j. Bentuk kuku kecil.
k. Tipe kuda penarik ringan.
l. Kulit tipis.
m. Warna macam-macam.
n. Langkah pendek.

2. Kuda Sumbawa, kuda ini termasuk jenis kuda Sumba dgn cirri-ciri:
a. Tinggi antara 1-1,25 m.
b. Bentuk tubuh pendek.
c. Dada cukup lebar dan dalam.
d. Tubuh bagian tengah cukup panjang.
e. Kepala lebih besar dari kuda Sumba.
f. Bahu agak tegak.
g. Lengkung tulang rusuk cukup baik.
h. Bentuk kuku cukup baik sedikit lebih besar.
i. Sifat periang.
j. Tipe kuda pekerja.
k. Warna bermacam-macam.
l. Tahan bekerja.


3. Kuda Flores.
a. Kuda Mangarai (Sebelah Barat).
1) Tinggi antara 1,11-1,39 m.
2) Kepala besar dan lebar.
3) Kesan umum adalah kuat, sabar, tapi lebih kasar dari pada kuda Sumba.
4) Leher kencang dan cukup besar.
5) Kumba cukup baik.
6) Kumudi agak lebar.
7) Punggung dan pinggang cukup lebar.
8) Dada cukup lebar dan dalam.
9) Kaki agak tegak dan pendek.
10) Sifat-sifat tenang.
11) Warna kebanyakan merah.

b. Kuda Ngada :
1) Lebih ringan dan halus.
2) Kepala lebih kecil.
3) Tulang-tulang lebih kecil.
4) Jalannya baik.
5) Anggota badan kecil.


4. Kuda Sabu.
a. Tinggi rata-rata 1-1,35 m.
b. Tubuh panjang sedang.
c. Bentuknya halus sekali.
d. Kepala agak kecil pendek, banyak “SNOEKS HOOFD” (Menyerupai/-seperti ikan Hiu).
e. Lubang hidung lebar.
f. Mata menonjol kedepan.
g. Telinga kecil.
h. Dahi lebat.
i. Kumba rendah.
j. Kemudi lebar.

5. Kuda Timor.
a. Tinggi antara 1-1,35 m.
b. Lubang hidung luas.
c. Rahang agak sempit.
d. Muka halus.
e. Telinga sedang dan gagah.
f. Mata jernih dan menonjol ke depan.
g. Kuncung agak pendek.
h. Kumba cukup tinggi, kadang-kadang pendek.
i. Suru sedang panjang.
j. Kemudi agak bundal.
k. Rongga dada cukup dalam dan lebar.
l. Watak baik.
m. Tahan nafasnya baik.
n. Berdiri baik.

6. Kuda Lombok. Kuda Lombok mempunya tipe sendiri:
a. Tinggi antara 1-1,32 m.
b. Kepala agak besar, panjang diba-gian muka.
c. Dada kurang dalam dan sempit.
d. kaki panjang.
e. Leher kurang baik.
f. Pungung dan pinggang kuat.
g. Kemudi condong sedikit runcing.
h. Kuku agak terlampau besar.
i. Kuku kurang tagak.
j. Kualitas kuku kurang baik.

7. Kuda Bali.
a. Kepala besar-leher besar.
b. Bahu tegak.
c. Punggung terlampau panjang sedi-kit.
d. kemudi condong.
e. Anggota kecil, urat-urat kurang baik.

8. Kuda Batak.
a. Tinggi antara 1,10-1,18 m. 
b. tubuh cukup dalam dan lebar.
c. Anggota cukup besar.
d. Dada lebar dan dalam.
e. Kumba agak rendah dan pendek.
f. Punggung pendek dan kencang.
g. Urat-urat kemudi kebanyakan kurang baik.
h. Kuku biasanya kecil akan tetapi kualitasnya cukup baik.
i. cara berdiri biasanya baik.
j. Kebanyakan sendi loncat tegak.
k. Warna bermacam-macam.

9. Kuda Sumatra barat. Cirinya hampir sama dengan kuda Sandelhout karena semenjak tahun 1895 mendatangkan kuda dari Sumba.

10.
 Kuda Aceh. Terdapat disekitar tanah gayo dan alas dan terkenal sebagai kuda Gayo dengan ciri-ciri sbg:
a. Tinggi antara 1,15-1,20 m
b. Bentuk tubuh agak pendek.
c. Kepala sedang, perangai lincah
d. Dahinya cukup lebar, telinga cukup besar.
 
e. Mata kecil.
f. Kuda bodoh, hidung cukup lebar.

11. Kuda Sulawesi. Di Sulewasi Selatan terdapat beberapa jenis kuda di antaranya kuda Makasar dan kuda Bone serta kuda Bugis. Semuanya disebut kuda Makasar dengan cirri-ciri :
a. Tinggi mencapai 1,15 m.
b. Bentuknya bagus, kepala kecil dan boleh dikatakan termasuk kuda baik.
c. Dahi lebar, rahang kadang-kadang besar.
d. Tengkuk pendek, leher agak pendek.
e. Punggung pendek dan kencang.
f. Kemudi kencang dan kuat.
g. Kaki berurat baik.
h. Sifat cukup baik, langkah teratur.
i. Daya tahan besar.
j. Kuda sederhana.

12. Kuda Mandar. Kuda malas sekali terutama di luar daerah peternakan.

13. Kuda Jawa.
a. Tinggi lebih dari 1,13 m.
b. Kepala sedang.
c. Rahang agak besar.
d. Mata dan telinga agak sedang.
e. Muka kencang atau tegak sedikit.
f. Leher pendek berurat bagus.
g. Tengkuk pendek.
h. Kumba pendek.
i. Pinggang baik.
j. Kemudi agak pendek.
k. Dada cukup lebar dan dalam.
l. Kuku kualitas agak kurang baik dibandingkan kuda di Indonesia.

14. Kuda Priangan.
a. Tinggi 1,25 m.
b. Memberikan kesan bagus.
c. Rahang cukup besar.
d. Leher tidak begitu besar seperti leher rusa.
e. Kumba baik tumbuhnya.
f. Punggung dan pinggang agak panjang.
g. Kemudi pendek dan sempit.
h. Dada tidak dalam dan lengkungnya rusuk kurang.
i. Sendi-sendi cukup baik.
j. Sikap tidak bgitu riang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pericarditis Traumatica pada Sapi

Distensi vena jugularis dan udema regio dada Pericarditis merupakan peradangan pericardium disertai dengan akumulasi produk radang berupa serosa atau fibrinosa. Pericarditis pada sapi umumnya diakibatkan oleh adanya benda asing pada retikulum kemudian menembus dinding retikulum, diafragma dan kantong pericardium. Gejala utama pericarditis adalah tachycardia, suara jantung meredup dan tidak sinkron, distensi vena jugularis dan submandibularis, udema pada dada dan ventral abdomen. Tes glutaraldehyde merupakan alat diagnosis penting karena menunjukkan positif pada >90% sapi penderita pericarditis. Temuan tes laboratorium yaitu leukocytosis dan hyperfibrinogenaemia (menunjukkan peradangan), peningkatan aktivitas enzim hati (kongesti pada hati). 

HERNIA ABDOMINALIS PADA KUCING

Gambar 1. Hernia abdominalis kucing dan luka post-operasi.   Tujuan studi ini adalah memaparkan kasus bedah pada hewan kecil. Seekor kucing domestik dengan anamnesa terdapat luka dan penonjolan pada abdomen ventral mesogastrikus, dengan bobot badan 2,5 kg, suhu tubuh 38,8ÂșC, frekuensi nafas 32x/menit, frekuensi nadi 96x/menit. Hasil pemeriksaan klinis menunjukkan bahwa penonjolan abdomen bagian ventral mesogastrikus terdapat cincin hernia. Pemeriksaan lanjutan berupa pemeriksaan hematologi, dan berdasarkan pemeriksaan klinis serta pemeriksaan hematologi kucing ini didiagnosa menderita hernia abdominalis dengan prognosa fausta. Terapi yang diberikan untuk kasus ini adalah teknik bedah dengan laparotomi medianus, dan setelah dilakukan penyayatan di abdomen, diperoleh cincin hernia berukuran kurang lebih 1,5 cm. Penutupan cincin hernia dengan teknik operasi laparotomi merupakan cara yang tepat untuk menangani kasus ini karena dapat dimungkinkan cincin hernia semakin membesar. Kata

TEKNIK DAN PRINSIP RADIOGRAFI THORAK PADA HEWAN KECIL

Pendahuluan Sejak ditemukan pada tahun 1895,  sinar X telah diaplikasikan untuk kepentingan gambaran hewan kecil. Peralatan sinar X yang digunakan untuk pemeriksaan hewan kecil perlu tingkatan resolusi yang lebih tinggi. Radiografi thorak merupakan peralatan penting dalam pemeriksaan penyakit thorak maupun sistemik. Radiografi umumnya mudah, namun teknik yang teliti sangat diperlukan untuk menjamin perolehan kualitas film yang tinggi dan menghindari kesalahan diagnosa. Daerah thorak merupakan bagian yang sangat sulit untuk diinterpretasikan. Indikasi Indikasi radiografi thorak yaitu pemeriksaan penyakit intratorak dan pemeriksaan dan screening penyakit sistemik. Radiografi thorak digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan penyakit, lokasi penyakit, tipe lesio dan tingkat lesio, memberikan rincian diagnosa dan diferensiasinya dan mendokumentasikan perkembangan lesio.